widget
widgets

Monday, January 20, 2014

PEDIATRIC RADIOLOGY



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi dan penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit. Pencitraan dapat menggunakan sinar-X, USG, CT scan, tomografi emisi positron (PET) dan MRI.Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi dalam dari sebuah objek padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan menggunakan energi radiasi. Radiologi juga kadang-kadang disebut radioskopi atau radiologi klinis. Radiologi intervensi adalah prosedur medis dengan bimbingan teknologi pencitraan.
Pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau penata rontgen. Seorang radiolog (dokter spesialis radiologi) kemudian membaca atau menginterpretasikan gambar untuk menentukan cedera, menentukan seberapa serius cedera tersebut atau membantu mendeteksi kelainan seperti tumor. Itulah sebabnya mengapa pasien seringkali harus menunggu untuk mendapatkan hasil “resmi” sinar-X atau gambar lainnya bahkan setelah dokter utamanya telah mengkajinya. Seorang spesialis radiologi juga harus menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan dokter utama untuk menegakkan diagnosis yang akurat. 



BAB II
PEMBAHASAN

A.    THORAX
1.      Definisi Thorax
Pemeriksaan Thorax adalah salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan oleh setiap orang, dalam hal ini berfungsi untuk menilai kesehatan paru dan organ sekitarnya pada seseorang. Pemeriksaan thorax juga sebagai salah satu item untuk melakukan medical Check Up seseorang.
Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang digunakan pada orang dewasa untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv.
Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung kongestif sering terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk skrining penyakit  paru yang terkait dengan pekerjaan di industri-industri seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu.
Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :
-       Untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
-       Untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)
-       Untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)
-       Untuk memeriksa keadaan jantung
-       Untuk memeriksa keadaan paru-paru
Pada beberapa kondisi, CXR baik untuk skrining tetapi buruk untuk diagnosis. Pada saat adanya dugaan kelainan berdasarkan CXR, pemeriksaan imaging thorax tambahan dapat dilakukan untuk  mendiagnosis kondisi secara pasti atau mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada diagnosis yang diperoleh dari CXR.
Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah orientasi relatif  tubuh dan arah pancaran X-ray. Gambaran yang paling umum adalah posteroanterior (PA), anteroposterior (AP) dan lateral. Pada anak biasanya hanya dilakukan posisi anteroposterior supine (AP Supine) dan lateral.
2.      Anatomi Thorax
Thorax merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada bagian bawah lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga memisahkan articulatio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas clavicula dan di atas organ dalam abdomen penting untuk di evaluasi pada luka tusuk.
Gambar Anatomi Thorax
Rongga dada dibagi menjadi 3 rongga utama yaitu ;
a.       Rongga dada kanan (cavum pleura kanan )
b.      Rongga dada kiri (cavum pleura kiri)
c.       Rongga dada tengah (mediastinum).
Rongga ini secara anatomi dibagi menjadi :
1)      Mediastinum superior, batasnya :
Atas : bidang yang dibentuk oleh Vth1, kosta 1 dan jugular notch.
Bawah : Bidang yang dibentuk dari angulus sternal ke Vth4
Lateral : Pleura mediastinalis
Anterior : Manubrium sterni.
Posterior : Corpus Vth1 – 4
2)      Mediastinum inferior terdiri dari :
1)      Mediastinum Anterior batasnya :
Anterior : Sternum ( tulang dada )
Posterior : Pericardium ( selaput jantung )
Lateral : Pleura mediastinalis
Superior : Plane of sternal angle
Inferior : Diafragma.
2)      Mediastinum Medius, batasnya :
Anterior : Pericardium
Posterior ; Pericardium
Lateral : Pleura mediastinalis
Superior : Plane of sternal angle
Inferior : Diafragma
3)      Mediastinum Posterior, batasnya :
Anterior : Pericardium
Posterior : Corpus VTh 5 – 12
Lateral : Pleura mediastinalis
Superior : Plane of sternal angle
Inferior : Diafragma.

3.      Indikasi Pemeriksaan Thorax
Indikasi pemeriksaan radiografi thorax antara lain:
a.       Bronkhitis
Bronkhitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru). Pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius. Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia) Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
  • Sinusitis kronis
  • Bronkiektasis
  • Alergi
  • Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:
·         Berbagai jenis debu
·         Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin
·         Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
·         Tembakau dan rokok lainnya
b.      Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.

c.       Trauma
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.

d.      Tumor/Massa
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Karena rongga mediastinum tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ penting di sekitarnya dan dapat menganjam jiwa. Tumor mediastinum dibagi atas tumor jinak dan tumor ganas.

e.       Bronchopneumonia
Bronchopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, parasit dll) yang menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat (konsolidasi) di alvioli.
·         Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak dan bersifat progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma pneumonia.
·         Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori sinsisial.
·         Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
·         Protozoa : Pneumokistis karinii.
·         Bahan kimia :Aspirasi makanan/susu/isi lambung
·         Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).
f.       Pneumo Thorax
Pneumo thorax adalah adanya udara atau gas dalam rongga pleura, yang dapat terjadi secara spontan, sebagai akibat truma disebabkan oleh trauma dada yang dapat mengakibatkan kebocoran sehingga cairan masuk ke dalam ruang fleura menjadi meningkat dan mengakibatkan peningkatan tekanan intra thorax, jika peningkatan intra thorax terjadi, maka distress ( kengerian ) pernapasan dan gangguan jantung dan sirkulasi sistemik.

g.      Efusi Pleural
Efusi Fleura adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura, dimana rongga pleura merupakan rongga yang terletak di antara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada di sebabkan oleh ketidak seimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. dalam keadaan normal jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10 - 200 ml.

h.      Cardiomegali
Cardiomegali adalah hipertropi jantung atau pembesaran jantung, dalam keadaan anatomis dimana besarnya jantung lebih besar dari ukuran jantung normal disebabkan oleh kerja jantung yang berlebihan, sehingga jantung bekerja lebih keras, contohnya pada saat tekanan darah meningkat.


i.        Tuberculosis
Tuberculosis adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh MYCOBAKTERIUM TUBERCULOSIS yang sebagian besar menyerang paru- paru. sipat kuman ini adalah aerob yaitu lebih menyenangi hidup pada jaringan yang tinggi kadar oksigennya, tidak dapat terlihat  oleh mata telanjang, mudah mati bila terkena sinar matahari. ada beberapa faktor yang mempengaruhi dapat terjadinya infeksi TB yaitu keganasan basil TB, jumlah basil yang cukup banyak, adanya sumber penularan, dan daya tahan tubuh yang menurun.

4.      Teknik Pemeriksaan
a.       Persiapan pasien
Persiapan yang dilakukan pasien sebelum pemeriksaan adalah melepas semua logam yang berada disekitar objek yang diperiksa dan mengganti pakaiannya dengan baju pasien yang telah disediakan di ruang ganti.

b.      Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yag digunakan dalam pemeriksaan antara lain :
1)      Pesawat Rontgen Konvensional dan meja pemeriksaan
2)      Kaset dan film dengan ukuran sesuai ukuran tubuh anak / pasien.
3)      Marker R atau L
4)      Dan Assesoris lainnya

c.       Teknik Pengambilan Gambar
Ada beberapa posisi pada pengambilan gambar Thorax bayi dan anak-anak diantaranya:


·         Anteroposterior (AP)
·         Posteroanterior (PA)
·         Lateral

Anteriorposterior (AP) dan Lateral merupakan posisi pemeriksaan Thorax yang paling sering digunakan pada bayi dan anak-anak. Sedangka pada dewasa menggunakan posisi Posteroanterior (PA). Teknik pemeriksaan yang lain dilakukan dengan klinis tertentu.


1)      Anteroposterior Supine – Neonatal Unit
      Bayi di posisikan supine diatas kaset dengan selembar kain diantara kaset dan bayi.
      Letakan marker R atau L di atas kaset
      Mid sagittal plane sejajar dengan pertengahan kaset
      Pastikan dada dan kepala tegak lurus, pinggul dan bahu sejajar
      Kepala di ganjal sandbag agar tidak berotasi
      Letakkan bantalan busa dibawah bahu untuk menghindasi proyeksi lordotik dan  untuk mengangkat bahu dan mencegah superposisi dengan apex paru
      Tangan berada di samping tubuh
      Tangan juga dapat di immobalisasi dengan Velcro band dan/ atau sandbag
      Jika pasien harus dipegang, posisikan tangan pasien di samping kepala dengan memfleksikan tangan
      Kaki lurus dengan diganjal di bagian lutut
      Eksposi pada saat pasien inspirasi penuh, jika pesien menangis perhatikan pernapasannya
Hasil Gambaran Thorax AP Supine

Kriteria Gambaran
      Pada inspirasi penuh tampak iga ke 8-9
      Paru-paru tidak berotasi
      Tampak gambaran trachea dan vertebrae sampai CV Thoracal 12/ CV Lumbal 1
      Tampak rongga diafragma
      Tampak gambaran jantung
      Tampak sinus costophrenicus  dan sinus cardiophrenicus
      Tampak clavicula dan scapula

2)      Posteroanterior Erect
      Pasien duduk atau berdiri menghadap kaset
      Dada menempel pada kaset
      Tangan diangkat ke atas sehingga siku berada di depan
      Orangtua memegang siku dan kepala bersama-sama dan menarik lengan dengan lembut ke atas untuk mencegah pergerakan
      Central Ray, horizontal tegak lurus kaset
      Central Point, pada Mid Sagittal Plane setinggi CV Thoracal 6-7 (Prosesus Spinosus CV ke 7)
      Eksposi pada saat pasien inspirasi penuh

3)      Anteroposterior Erect
·         Pasien duduk dengan punggung menempel di kaset
·         Tepi atas kaset berada di atas apeks paru (2-3 jari)
·         Lengan harus dinaikkan dengan lembut, sehingga siku pasien ke depan.
·         Orang tua memegang siku tertekuk dan kepala bersama dengan jari-jari mereka di dahi, untuk mencegah dagu pasien menutupi dada bagian atas
·         Letakkan bantalan busa 15 derajat dibelakang bahu untuk mencegah pasien dari posisi lordotik
·         Central Ray, horizontal tegak lurus kaset
·         Centrel Point, pada MSP setinggi CV Thoracal 6-7 atau di pertengahan sternum
·         Eksposi pada saat pasien inspirasi penuh
Posisi Pasien dan Hasil Gambaran AP Erect
4)      Anteroposterior Supine – Post Neonatal
      Pasien diposisikan supine di atas kaset dengan tepi atas kaset di atas apeks paru
      Kedua tangan di fleksikan ke atas di samping kepala
      Untuk menghindari rotasi, kepala, dada dan pelvis lurus
      Central Ray, vertikal tegak lurus kaset
      Central Point pada MSP setinggi CV Thoracal ke 6-7 atau di pertengahan sternum
      Eksposi saat pasien inspirasi penuh.

Kriteria Gambaran
      Pada inspirasi penuh tampak iga ke 8-9
      Tampak gambaran trachea dan vertebrae sampai CV Thoracal 12/ CV Lumbal 1
      Tampak Ssluruh dada dari tepat di atas apeks paru dan  menyertakan diafragma dan tulang rusuk
      Tampak gambaran jantung
      Tampak sinus costophrenicus  dan sinus cardiophrenicus
      Tampak clavicula dan scapula
      Gambaran paru simetris dan tidak berotasi
5)      Lateral
      Posisikan pasien dengan sisi lateral pasien menempel pada kaset
      Lengan difleksikan ke samping kepala
      Mid axillary line berada di pertengahan kaset
      Tepi atas kaset berada diatas apkes paru (2-3 jari)
      Central Ray, horizontal tegak lurus kaset
      Central Point pada mid coronal plane setinggi CV Thoracal 6-7
      Eksposi pada saat pasien inspirasi penuh
 

Kriteria Gambaran
      Tampak gambaran lateral paru dari CV Cervical 7 sampai CV Lumbal 1
      Tampak gambaran lateral dari jantung
      Sternum dan tulang belakang  tercakup dan true lateral
      Tampak gambaran diafragma

B.     ABDOMEN
1.      Definisi  dan Anatomi Abdomen
Abdomen adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian dari tubuh yang berada di antara thorax atau dada dan pelvis. Dalam bahasa Indonesia umum, sering pula disebut dengan perut. Bagian yang ditutupi atau dilingkupi oleh abdomen disebut cavitas abdominalis atau rongga perut. abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Gambar Anatomi Abdomen
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juha membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis. Di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen:
Terdapat pula organ khusus yang khas pada beberapa hewan seperti struktur lambung pada ruminansia yang dibagi menjadi empat ruangan, rumen, retikulumn, omasum, abomasum.
2.      Indikasi Pemeriksaan Abdomen
Indikasi pemeriksaan radiografi abdomen antara lain:
a.       Perforasi
Setiap organ pencernaan berongga bisa menjadi berlubang (bocor), yang menyebabkan terlepasnya isi gastrointestinal dan menyebabkan kejutan dan kematian jika operasi tidak segera dilakukan. Perforasi membuat makanan, cairan pencernaan, atau is usus bocor ke dalam perut (atau kadang kala dada, jika kerongkongan terlubangi). Benda-benda ini sangat melukai dan mengandung bakteri, dimana menyebabkan peradangan hebat dan infeksi yang biasanya fatal bila tidak di obati.
b.      Ileus obstruksi
Ileus obstruktif adalah obstruksi usus akibat dari penghambatan motilitas usus yang dapat ditimbulkan oleh banyak penyebab. Mekanisme terjadinya ileus obstruksi dapat digolongkan dalam 3 kelompok utama, yaitu:
(1) Intraluminal (misalnya: badan asing, bezoars, bolus makanan yang besar),
(2) Obstruksi akibat lesi pada dinding usus (misalnya: tumor, penyakit Crohn),
(3) Ekstrinsik (misalnya: adhesi, hernia, dan volvulus)

c.       Ileus paralitik
Ileus paralitik / ileus adinamik adalah suatu keadaa dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk sementara waktu berhenti. Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga menghalangi jalannya isi usus, tetapi ileus jarang menyebabkan perforasi.

d.      Invaginasi
Invaginasi adalah keadaan dimana terjadi obstruksi usus parsial atau komplit, sebagai akibat masuknya bagian proksimal usus ke bagian yang lebih distal ( sinopsis pedriatri: 263, 2009 ).
Invaginasi atau intususepsi adalah masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau bagian yang lebih distal dari usus, umumnya invaginasi ileum masuk ke dalam kolon desendens ( Nettina, 2002 ).
Invaginasi atau intususepsi terjadi bila sebagian saluran cerna terdorong sedemikian rupa sehingga sebagian darinya akan menutupi sebagian lainnya hingga seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak di sebelah kaudal ( Nelson, 1999 ).

e.       Trauma Abdomen
Trauma abdomen adalah trauma yang terjadi pada daerah abdomen yang meliputi daerah retroperitoneal, pelvis dan organ peritroneal.


3.      Teknik Pemeriksaan
a.       Persiapan Pasien
Persiapan yang dilakukan pasien sebelum pemeriksaan adalah melepas semua logam yang berada disekitar objek yang diperiksa dan mengganti pakaiannya dengan baju pasien yang telah disediakan di ruang ganti.

b.      Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yag digunakan dalam pemeriksaan antara lain :
6)      Pesawat Rontgen Konvensional dan meja pemeriksaan
7)      Kaset dan film dengan ukuran sesuai ukuran tubuh anak / pasien.
8)      Marker R atau L
9)      Sandbag
10)  Dan Assesoris lainnya

c.       Teknik Pengambilan Gambar
Ada beberapa posisi pengambilan gambaran Abdomen, yaitu:
1)      Anteroposterior (AP)
      Pasien supine di atas meja pemeriksaan atau di inkubator dengan MSP berada di pertengahan kaset
      Pastikan tidak terjadi rotasi
      Batas atas dibawah xypoideus dan batas bawah sympisis pubis
      Central Ray, vertikal tegak lurus kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan Crista Illiaca
      Central Point pada MSP sejajar dengan SIAS
      Eksposi pada saat pasien tahan napas setelah ekspirasi

Kriteria Gambaran
      Batas atas diafragma
      Batas bawah sympisis pubis
      Tampak contour ginjal
      Tampak CV thoracal 11 sampai dengan Coccygeus
      Tampak gambaran Pelvis
      Tampak contour colon
      Tampak gambaran gaster
2)      Left Lateral Decubitus (LLD)
      Pasien tidur miring ke sisi kiri,
      Kedua lutut ditekuk (difleksikan), kedua tangan diposisikan diatas kepala
      Aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. kaset berada dibelakang punggung.
      Central Ray horizontal sejajar kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca.
      Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh

Kriteria Gambaran
      Tampak gambaran diagfragma
      Bila klinis di duga ada cairan di dalam rongga abdomen, sisi kiri tidak boleh terpotong
      Bila di duga ada udara bebas di dalam rongga abdomen, sisi kanan tidak boleh terpotong

3)      Prone Cross Table
      Pasien diposisikan prone.
      kedua paha ditekuk (hip fleksi), angkat bagian punggung bayi sehingga letak pelvis lebih tinggi dan kepala/wajah lebih rendah.
      Kaset pada salah satu sisi lateral dengan trokhanter mayor pada pertengahan kaset.
      Central Point pada trochanter mayor menuju pertengahan kaset
      Central Ray Horisontal, tegak lurus film/kaset.
      Ekspose dilakukan saat bayi tidak bergerak.

C.    EKSTREMITAS ATAS dan BAWAH
1.      Anatomi Ekstremitas
a.       Ekstremitas Atas (Upper Limb)
Ekstremitas Atas terdiri dari beberapa tulang, yaitu:
      Os Manus
      Os Radius dan Os Ulna (Antebrachi)
      Os Humerus
      Os Calvicula
      Os Scapula
Dan beberapa persendian yang menghubungkan tulang-tulang tersebut, diantaranya:
      Wrist Joint (Articulatio Radiocarpalia) merupakan persendian antara Os. Radius dan Ossa Carpalia di manus
      Elbow Joint (Articulatio Cubiti) merupakan persendian antara Ossa Antebrachi dan Os. Humerus
      Shoulder Joint (Articulatio Glenohumerale) merupakan persendian antara cavitas Glenoidalis pada Os Scapula dan Caput Humeri
b.      Ekstremitas Bawah (Lower Limb)
Ekstremitas Bawah terdiri dari beberapa tulang, yaitu:
      Os Femur
      Os Pattela
      Os Tibia dan Os Fibula (Cruris)
      Os Pedis
Dan beberapa persendian yang menghubungkan tulang-tulang tersebut, diantaranya:
      Hip Joint (Articulatio Coxae) dibentuk oleh caput femoris dan acetabulum
      Knee Joint (Atriculatio Genue) merupakan persendian yang menghubungkan femur, tibia, dan patella
      Ankle Joint (Articulatio Talocruralis) sendi antara tulang tungkai bawah dengan talus ( tulang pergelangan kaki)
2.      Indikasi Pemeriksaan
Indikasi pemeriksaan radiografi Ekstremitas antara lain:
a.       Fraktur
b.      Striktura
c.       Dislokasi
d.      Corpus Alienum

3.      Teknik Pemeriksaan
a.       Persiapan Pasien
Persiapan yang dilakukan pasien sebelum pemeriksaan adalah melepas semua logam yang berada disekitar objek yang diperiksa.

b.      Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yag digunakan dalam pemeriksaan antara lain :
1)      Pesawat Rontgen Konvensional dan meja pemeriksaan
2)      Kaset dan film dengan ukuran sesuai ukuran tubuh anak / pasien.
3)      Marker R atau L
4)      Dan Assesoris lainnya

c.       Teknik Pengambilan Gambar
1)      Anteroposterior / Posteroanterior
      Letakkan objek di atas kaset dengan posisi objek true AP/PA
      Lakukan penekanan agar tidak terjadi pergerakan di daerah sekitar objek tanpa menutupi atau menghalangi objek
      Central Point pada pertengahaan objek
      Central Ray tegak lurus kaset
      Lakukan eksposi
      Untuk pemeriksaan Os. Manus dan Wrist joint dilakukan posisi PA

Kriteria Gambaran
      Tampak gambaran AP/PA pada ekstremitas atas / bawah
      Batas atas dan bawah objek tidak terpotong

2)      Lateral
·         Letakkan objek di atas kaset dengan posisi objek true Lateral
·         Lakukan penekanan agar tidak terjadi pergerakan di daerah sekitar objek tanpa menutupi atau menghalangi objek
·         Central Point pada pertengahaan objek
·         Central Ray tegak lurus kaset
·         Pada Os Manus dan Os Tarsal umumnya tidak dilakukan posisi lateral, posisi yang umum dilakukan adalah Oblique
·         Lakukan eksposi

Kriteria Gambaran
      Tampak gambaran Lateral pada ekstremitas atas / bawah
      Batas atas dan bawah objek tidak terpotong


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pada pemeriksaan radiografi pada bayi atau anak-anak harus dilakukan komunikasi yang baik dengan pasien. Selain itu orangtua pun dapat berperan dalam pemeriksaan dengan memegang dan melakukan beberapa penekanan pada tubuh pasien untuk meminimalisir pergerakan dari pasien. Factor eksposi yang digunakan lebih rendah dibandingkan factor eksposi pada pasien dewasa, hanya saja menggunkan waktu yang singkat.