BAHAN KONTRAS
A. Tinjauan Teoritis
Bahan Kontras merupakan
senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility)
struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik. Bahan
kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi
sinar-X (Bahan kontras positif) yang akan dibahas lebih luas disini atau
menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar
udara atau gas). Selain itu bahan kontras juga digunakan dalam pemeriksaan MRI
(Magnetic Resonance Imaging), namun metode ini tidak didasarkan pada sinar-X
tetapi mengubah sifat-sifat magnetic dari inti hidrogen yang menyerap bahan
kontras tersebut.
Penggunaan media kontras pada
pemerikasaan radiologi bermula dari percobaan Tuffier pada tahun 1897, dimana
dalam percobaannya ia memasukkan kawat kedalam ureter melalui keteter.,
sehingga terjadi bayangan ureter dalam radiograf. Percobaan selanjutnya yaitu
dengan menggunakan kontras cair untuk menggambarkan anatomi dari traktus
urinarius. Kontras tersebut diantaranya : koloid perak,bismut,natrium
iodida,perak iodida, stronsium klorida, dan sebagainya. Berangsur-angsur metode
tersebut mulai ditinggalkan karena menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Infeksi, trauma jaringan, terjadinya emboli, dan deposit perak dalam ginjal
merupakan akibat sampingan yang tidak bisa dihindari.
Berpijak dari
pengalaman-pengalaman terdahulu kemudian para ahli radiologi sepakat untuk
megadakan pembaharuan dalam pemakaian media kontras pada pemeriksaan radiologi.
Dan pada tahun 1928 seorang ahli urologi, Dr.Moses Swick bekerjasama dengan
Prof.Lichtwitz,Binz, Rath, dan Lichtenberg memperkenalkan penemuannya tentang
media kontras iodium water-soluble yang digunakan dalam pemeriksaan urografi
secara intravena. Media kotras yang berhasil disintesa, diantranya dalah
:sodium iodopyridone-N-acetic acid yang disebut Urosectan-B (Iopax), dan sodium
oidomethamate yang disebut Uroselectan-B (Neoiopax). Dari segi radiograf kedua
macam media kotras tersebut memberikan hasil yang memuaskan, namun dari
pasiennya masih menimbulkan efek yang merugikan, yaitu : mual dan muntah.
Selanjutnya Dr.Swick dan kawan-kawan melanjutkan usahanya dengan mengembangkan
Iodopyracet yang sementara waktu bisa menggantikan kedudukan Neoiopax dalam
pemerikasaan Urografi intra vena.
Usaha mengembangkan media kontras pun terus berlanjut. Mulai pertengahan
tahun 1950 semua jenis media kontras untuk pemakaian secara intravaskuler untuk
pemakaian secara intravaskular mulai mengalami pergantian. Mulai periode ini
media kontras intravaskular menggunakan molekul asam benzoat sebagai bahan
dasarnya dengan mengikat tiga atom iodium. Dari hasil uji coba membuktikan
bahwa media kontras jenis ini memiliki kelebihan dibanding dengan jenis media
kontras sebelumnya. Jenis media kontras tersebut diantarannya ; acetrizoate
dibuat tahun 1950, diatrizoate tahun 1954, metrizoate tahun 1961, iothalamate
tahun 1962, iodamide tahun 1965 dan ioxithalamate tahun 1968.
Akhirnya media kontras yang
dapat pula digunakan secara intravaskular secara kontinyu terus mengalami
penyempurnaan. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa ionisitas dan
osmolalitas merupakan kunci utama terjadinya keracunan pada pasien. Kemudian
mulai tahun 1969 dr.Torsten Almen mengembangkan jenis media kontras non-ionik
dengan osmolalitas yang cukup rendah. Mula-mula ia mengadakan penelitian
terhadap keluarga Metrizamide yang sebelumnya dipakai pada pemeriksaan
mielografi. Dengan diciptakannya media kontras water soluble untuk pemeriksaaan
mielografi, penggunaan secara intravaskular mulai dipelajari.
Hasil akhir penelitian
memberikan jalan yang terbaik untuk segala macam pemeriksaan radiologi yang
menggunakan media kontras iodium non-ionik water-soluble secara intravaskular
Ada dua jenis bahan baku dasar dari bahan kontras positif yang digunakan dalam
pemeriksaan dengan sinar-X yaitu barium dan iodium. Sebuah tipe bahan kontras
lain yang sudah lama adalah Thorotrast dengan senyawa dasar thorium dioksida,
tapi penggunaannya telah dihentikan karena terbukti bersifat karsinogen.
A. Pengertian
Kontras Media mampu membedakan jaringan-jaringan pada gambar foto rontgen
digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak terlihat dalam
radiografi biasa. Dapat tampak karena perbedaan berat atom bagian tubuh dengan
bahan kontras.
a.
Syarat-syarat
Bahan Kontras Media :
- Tidak merupakan racun dalam tubuh.
- Dalam konsentrasi yang rendah telah dapat membuat
perbedaan densitas yang cukup.
- Mudah cara pemakaiannnya.
- Secara ekonomi tidak mahal dan mudah diperoleh
dipasaran.
- Mudah dikeluarkan dari dalam tubuh/larut sehingga
tidak mengganggu organ tubuh yang lain.
b.
Guna Kontras
Media
- Memperlihatkan bentuk anatomi dari bagian yang
diperiksa.
- Memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa.
c.
Yang Harus
Diingat :
Setelah kontras media masuk melalui pembuluh darah, dia tidak menetap disitu
tetapi :
1.
Difusi ke cairan tubuh, khususnya
cairan ekstraseluler.
1. Dalam beberapa
saat sampai ke arteri ginjal.
2.
Di eksresi oleh ginjal ke dalam Calic
Pelvis.
a. Pengaruh Ion
Antara kontras media ionik dan non ionik terdapat perbedaan yang jelas, karena
masih mengandung ion dalam pada molekulnya dan yang lain tidak. Ion-ion dalam
cairan kontras media tersebut dapat terlepas dan akan mempengaruhi struktur
jaringan dalam tubuh. Jika disuntikan karena terjadi ion interchange diantara
sel-sel tubuh dengan kontras media ionik yang masuk, hal ini berakibat efek
samping seperti mual dan alergi, muntah, pusing, bahkan panas dan shock
anafilaktik.
b.
Ikatan Ion
Kontras Media dalam X-Ray :
· Ionik → kontas
media masih mempunyai ikatan dalam molekul garamnya
· Non Ionik →
kontras media yang tidak mempunyai ion didalam molekul garamnya.
c. Jenis Bahan Kontras Media
1. Ionik Monomer
·
3 atom yodium
·
ion
·
1 gugus karboxil peranion
·
osmolalitas tinggi
2. Ionik Dimer
·
6 atom yodium
·
ion
·
1 gugus karboxil dan hidroxil
·
osmolalitas rendah
3. Non Ionik Monomer
·
3 atom yodium
·
tanpa ion
·
tanpa gugus karboxil
·
4 sampai 6 gugus hidroxil
·
osmolalitas rendah
1.
Non Ionik Dimer
·
6 atom yodium
·
tanpa ion
·
tanpa gugus karboxil
·
lebih dari 8 gugus hidroxil
·
hiposmolar/isosmolar
a. Viskositas
Diukur dengan tingkat mengalirnya melalui tabung kapiler kecil dalam standar
tekanan dan temperatur yang ditentukan. Hal ini berhubungan dengan kekuatan
yang perlukan untuk menyuntikan yang membatasi tingkat kecepatan penyuntikan.
Pada kateterisasi diperlukan penyutikan cepat dibandingkan biasanya, sehingga
kontras media yang dipilih adalah yang paling rendah viskositasnya. Viskositas
dapat dikurangi dengan merendahkan tingkat konsentrasi iodium dan tentu akan
berpengaruh pada opasitas gambar. Dapat juga kontras media dipanaskan pada
temperatur tententu untuk mengurangi viskositas dan sesuai dengan temperatur
tubuh.
b.
Osmolalitas
Osmolalitas adalah tekanan osmotik yang terdapat pada partikel yang dilarutkan
dalam suatu larutan tertentu hal ini berpengaruh terhadap toleransi kontras
media pada tubuh. Makin tinggi tekanan osmotik semakin jelek toleransi kontras
media tersebut terhadap tubuh. Kontras media ionik mengalami pemecahan ion,
sedangkan pada non ionik tidak terjadi pemecahan ion. Sehingga osmolalitas
ionik jauh lebih rendah dibandingkan non ionik. Ukuran satuan osmolaitas =
MOSM/Kg H2O.
Pengaruh osmolaitas secara klinis adalah rasa panas, tidak nyaman, nyeri,
kerusakan pada otak dan pembuluh darah, kerusakan pada ginjal, gangguan
keseimbangan elektrolit pada anak-anak.
c.
Prinsip Fisika Media Kontras Pada Imejing
· Timbulnya
kontras gambaran hitam putih pada imejing dari media kontras dan jaringan
sekitarnya karena prinsip ATENUASI.
· Atenuasi
terjadi bila ada perbedaan penyerapan radiasi sinar-X yang disebabkan karena
nomor atom yang berbeda, kerapatan organ, ketebalan objek berbeda.
a.
Penyebab Reaksi
Terhadap Bahan Kontras Media
1. Khemotoksisitas
:
·
Struktur kimia molekul
·
Hidroksil banyak, reaksi rendah
·
Ikatan dengan protein plasma/membran
sel, memblok enzim, mengubah fungsi seluler, melepas substasnsi vasoaktif.
2. Osmotaksisitas
:
·
Efek Osmotik menarik air molekul
membran dalam tubuh.
·
Hypertonic bahan kontras media terhadap
plasma, menyebabkan rasa sakit (pain), vasodilitasi, hipotensi, kekakuan sel
eristrosit.
3. Toksisitas Ion
:
·
Jumlah ion-ion yang bersentuhan dengan
fungsi seluler.
4. Dosis :
·
Dosis besar menyebabkan terjadinya
reaksi lebih besar.
Sebagian besar reaksi kontras media adalah ringan kontras media non ionik
terbukti lebih sedikit reaksi anafilaktik dari pada kontras media ionik.
Diperkirakan rekasi kontras media non ionik 3-10 kali lebih rendah daripada
kontras media ionik. Kontras media ionik lebih bereaksi dibanding non ionik
karena kontras media ionik masih mengandung ion dan ketika masuk kedalam tubuh,
ion-ion tersebut dilebihkan dan terjadi intercemible didalam sel-sel tubuh kita
dan kontras media ionik mempunyai osmolaritas yang tinggi, maka akan bereaksi.
b.
Contoh-contoh Kontras Media Ionik dan Non
Ionik
1. ANGIOGRAFIN
·
Angiografin merupakan jenis kontras
media ionik.
·
Komposisi 1 ml Angiografin mengandung
0,65 gr Meglumine Amidotrizoate (meglumine diatrizoate ) dalam setiap larutan.
. Non Ionik Monomer
·
3 atom yodium
·
tanpa ion
·
tanpa gugus karboxil
·
4 sampai 6 gugus hidroxil
·
osmolalitas rendah
·
Angiografin mempunyai viskositas
(kekentalan) yang tinggi, serta mempunyai osmolalitas (daya larut) yang tinggi
pula.
·
Indikasi : Angiografin digunakan untuk
Intravenus urografi, Retrograde Urografi, Cerebral Thoracic, Abdominal dan
Ekstremitas angiografi, Plebografi, Computerize Tomography (CT).
- Kontra indikasi : Angiografin tidak baik digunakan
untuk Myelografi, Ventrikulografi, Sisternografi, karena bisa menimbulkan
neurotoksis.
1. IOPAMIRO
- Iopamiro merupakan jenis kontras media non ionik.
- Iopamiro mempunyai jenis molekul benzine
dikarboxamide monomerik.
- Tekanan osmotik yang rendah, sifat non ionik dari
molekul serta kemotoksitas yang rendah merupakan toleransi dari Iopamiro.
- Indikasi :
a.
Kasus-kasus neurologis
(Myeloradikulografi, Sisternografi, dan Ventrikulografi).
b.
Kasus-kasus Angiografi (Cerebral
Angiografi, Coronoriarteriografi, Thorasic aortografi, Abdominal aortografi,
DSA)
c. Kasus urografi
(Intravena urografi, kontras enhancement pada CT Scanning, Artrografi,
Fistulografi)
- Kontra indikasi: Tidak ada kontra indikasi yang
sifatnya absolut pada pemakain Iopamiro, kecuali waldenstrom’s,
macroglobulinemia, multiple myeloma serta penyakit hati dan
ginjal.
2. ULTRAVIST
·
Ultravist merupakan kontras media non
ionik dalam bentuk cair yang dipergunakan untuk pemeriksaan radiografi
·
Triidinated monomeric contras media
·
Digunakan secara intra arterial dan
intravenous kontras media ionik mempunyai osmolaritas yang tinggi, maka akan bereaksi.
1. MICROBAR
·
Merupakan nama dagang dari barium
sulfat (Ba SO4) yang memberikan opasitas pada saluran cerna atas
(farings, oesofagus), saluran cerna tengah (lambung, duodenum) dan saluran
cerna bawah (usus kecil, usus besar)
·
Microbar paste 100% w/v dengan aroma
buah digunakan untuk pemeriksaan saluran cerna ats. Cara pemberiannya 2-3 sdm
untuk pelekatan mukosa oesofagus. Contras Media diletakkan dalam mulut dan
menelannya perlahan-lahan
·
Microbar powder / suspension 95% w/v
dengan aroma vanila digunakan untuk pemerikasaan saluran cerna bagian tengah
(lambung dan duodenum), dosis 30-120 ml diencerkan dengan air 80 ml.
·
Microbar HD (kontras ganda) 100% w/v digunakan
untuk saluran cerna bagian tengah
·
Microbar HD merupakan kemasan gabuangan
yang terdiri dari Microbar HD 300 gr, Microbar gas 4 gr yang terdiri dari
microbar acid 1,6 gr dan microbar base 2,4 gr
Microbar acid
terdiri dari 1,4 gr asam sitrat dan asam tartarat 0,1 gr. Sedangkan microbar
base terdiri dari 2 gr sodium bicarbonat dan 0,16 gr kalsiun karbonat
·
Microbar RT (rapid transit) digunakan
untuk pemeriksaan usus kecil, waktu pemeriksaan 30 menit. Dan dapat
menghasilkan gas CO2 selama reaksi yang disebut double contrast
·
Microbar for Enema Disposable Kit
digunakan untuk pemeriksaan colon melalui anus, proses pemeriksaannya bersih
(karena menggunakan kit)
2.
MICROBAR CAT 2
·
Untuk pemeriksaan CT Scan digunakan
Oral Barium
·
Untuk lambung dan usus hakus digunakan
300 ml suspensi 90 menit sebelum pemeriksaan CT Scan dan 200 ml waktu
pemeriksaan dimulai
·
Untuk pemeriksaan colon berikan 500 ml
larutan
a.
Jenis Bahan Kontras
Terdapat beberapa jenis bahan kontras, diantaranya :
NAMA DAGANG
|
NAMA GENERIK
|
KELOMPOK
|
Amipaque
|
Matrizamide
|
Non Ionik
|
Angiografin
|
Diatrizoate
|
Ionik
|
Conray
|
Iothalamate
|
Ionik
|
Hexabrix
|
Ioxaglate
|
Ionik Dimer
|
Imagopaque
|
Iopentol
|
Non Ionik
|
Iopamiro
|
Iopamidol
|
Non Ionik
|
Isovist
|
Iotrolan
|
Non Ionik Dimer
|
Omnipaque
|
Iohexol
|
Non Ionik
|
Optiray
|
Ioversol
|
Non Ionik
|
Telebrix
|
Ioxithalamate
|
Ionik
|
Ultravist
|
Iopromide
|
Non Ionik
|
Urografin
|
Diatrizoate
|
Ionik
|
Urovison
|
Diatrizoate
|
Ionik
|
Urovist
|
Diatrizoate
|
Ionik
|
a. Reaksi Bahan Kontras
Dalam pengguanaan bahan
kontras terdapat beberapa jenis reaksinya, yaitu:
1. Neutrotoksisitas
Ø Peranan susunan kimiawi bahan kontras
Ø Gugus karboksil meningkatkan reaksi
Ø Gugus hidroksil menurunkan reaksi
Ø Osmolalitas rendah mencegah reaksi
2. Nyeri dan Rasa Sakit
Ø Osmolalitas tinggi bahan kontras ionik
Ø Bahan kontras non ionik (rasa sakit rendah)
3. Efek terhadap Jantung (Cardiac Effect)
Ø Akibat khemotoksisitas, osmotoksisitas, dan toksisitas ion
4. Reaksi Pseudoalergik
Ø Gejala klinis dan terapi persis sama dengan reaksi alergik
Ø Tidak disebabkan reaksi antigen-antibodi
Ø Aktifitas efektor-efektor imunologik
a. Pasien Resiko Tinggi (Pernah Mengalami Reaksi Kontras Media)
Langkah-langkah yang dapat dilakukan saat mendapati pasien beresiko tinggi
atau pasien yang pernah mengalami reaksi kontras media
1.
Re-evaluasi indikasi
pemeriksaan dan diskusikan alternatif pemeriksaan
2.
Pilihkan bahan kontras non
ionik dimer
3.
Apabila reaksi sebelumnya:
Ø Ringan : tanpa permedikasi
Ø Sedang : premedikasi
Ø Berat : premedikasi, di tunggu anesthesio logist, anestesi general (umum)
b. Tindakan Pencegahan (PREMEDIKASI)
1. LASSER et al (1987) :
Ø Methylprednisonisolon (Medrol)
Ø 32 mg peroral, 12 dan 2 jam sebelum injeksi bahan kontras ionik
2. ALMEN & ASPELIN (1995) :
Ø Prednison 50 mg, 12 dan 2 jam sebelum pemasukan bahan kontras
Ø Clemastin 1 mg/ml, 2 ml i.m 1 jam sebelum pemasukan bahan kontras
3. COHAN et al (1995) :
Ø Corticosteroid 10-60 mg, interval 6-12 jam
Ø Diphenhydramine 25-50 mg (i.m, i.v) setiap saat antara 12 jan sampai
injeksi bahan kontras
4. JACOBS et al (1998)
Ø Pednison 50 mg peroral, 24 jam, 12 jam dan 1 jam sebelum reaksi.
A. Mekanisme Reaksi Terhadap Bahan Kontras
1.
LALLI (1980)
Semua reaksi yang timbul karena pemakaian bahan kontras intravaskuler
terjadi melalui mekanisme susunan saraf pusat (hipothalamus)
MANHIRE et al (1984)
Neusea dan vomitas pada pemakaian bahan kontras ionik melalui mekanisme
kemampuan bahan kontras menekan kholinesterase atau pelepasan histamin dari
basofil dan mast cell
1.
ALMEN & ASPELIN (1995)
Efek khemotoksisitas, osmotoksisitas dan toksisitas ion memacu efek-efek immunologik
melalui:
Ø Interaksi dengan membran sel melepaskan substansi vosoaktif (histamin),
serotin, Leukotrin, tromboksan A2, prostaglandin.
Ø Interaksi dengan biomolekul komplemen, kinin, koagulatif/fibrinolitik yang
mengeluarkan bradikinin, nafilaktoksin, makroprotein sehingga sel lisis
A.
Insidensi Reaksi
1.
SHEHADI & TANIOLO
(1980)
Ø Total 5 %
Ø Fatal 0,006 %
2.
MOORE et al (1989)
Ø Bahan kontras konvensional
Ø Angiografi, CT, Kateterisasi Jantung
Ø Ringan 45 %, Sedang 5,5 %, Berat 0,4 %
3.
KATAYANA et al (1990)
Ø Ionik 12,66 %, reaksi berat 0,22 %
Ø Non Ionik 3,13 %, reaksi berat 0,04 %
Ø Riwayat Alergi ionik 23,35 %, non ionik 6,85 %
4.
FAISAL (1992)
Ø Urografi intra vena
Ø Reaksi, Urografin 76 % : 6 %
Iopamiro 0 %
5.
ALMEN & ASPELIN (1995)
Ø Reaksi ringan 10 %
Ø Reaksi berat 1 : 900 – 1 : 3000
Ø Reaksi fatal 1 : 50000 – 1 : 100000
6.
JACOBS et al (1998)
Ø Pemeriksaan CT
Ø Bahan kontras ionik 10,3 %
Ø Bahan kontras non ionik 3,4 %
A.
Penanganan Reaksi Contras Media
1.
SHEHADI (1985)
Semua reaksi fatal terjadi dalam waktu 15 menit Injeksi bahan kontras
2.
ALMEN & ASPELIN (1995)
Reaksi Ringan : Tidak perlu terapi
Reaksi Sedang : Perlu terapi, tidak perlu dirawat
Reaksi Berat : Rawat Intensif
Alur Terapi:
Ø A : Assesment, Alternatif, Airway, Assistance
Ø B : Basics, Breathing, Be Wise, Be Ware
Ø C : Comfort, Circulation, CPR
Terapi Spesifik dalam Menangani Reaksi Bahan Kontras
1.
Reaaksi Alergoid Akut
Urticaria, edema, sakit kepala, muntah, diare, asthma rhinoconjunctivitis
Ø Epinephrin 0,5 mg (1 mg/ml) subcutan
Ø Oksigen 2-6 liter/menit
Ø Diphenhydramine 50 mg i.m
2.
Reaksi Anafilaktoid
Reaksi alergoid, ditambah takhikardia, hipotensi dan pucat
Ø Epinephrin 0,3 – 0,5 mg (0,1 mg/ml i.v)
Ø Oksigen 2-6 liter/menit
Ø Infus NaCl atau Ringer
3.
Anafilaktoid Syok
Tidak sadar, status asthmatis, henti napas, kolaps sirkulasi, henti jantung
Ø Epinephrin 0,3 – 1,0 mg (0,1 mg/ml i.v)
Ø Oksigen 2-6 liter/menit
Ø Hidrokortison 250 mg i.v
Ø Intubasi dan ventilasi
Ø Infus NaCl atau ringer
4.
Reaksi Vagal
Hipotensi Brachikardia
Ø Letak kaki ditinggikan
Ø Infus NaCl atau Ringer
Ø Oksigen 2-6 liter/menit
Ø Atrofin 0,6-0,8 mg i.v, di ulang tiap 3-5 menit
5.
Reaksi Bronchospastik
Ringan – Sedang
Ø Oksigen 3 liter/menit
Ø Inhalasi bronchodilator, atau
Ø Epinephrin 1 : 1000 sebanyak 0,1 – 0,2 ml subkutan, atau
Ø Epinephrin 1 : 10000 sebanyak 1 ml i.v
B.
Penyimpanan Bahan Kontras
a.
Tempat penyimpanan bahan
kontras Media Iodine Coumpound
·
Penyimpanan di tempat yang
terlindungi dari cahaya (misal dalam lemari)
·
Penyimpanan untuk jangka
waktu lama sebaiknya dijauhkan dari sumber sinar-x
·
Penyimpanan pada suhu
ruangan sebaiknya tidak diatas 30oC
·
Penyimpanan jangka pendek
dalam lemari pemanas (37oC)
·
Sebaiknya sebelum
penggunaan kontas media diperhatikan lembar informasi produk yang disertakan
dalam kemasan kontras media
·
Simpan kontras media pada
suhu 15-25oC
·
Lakukan rotasi stock secara
berkala
b.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada kemasan bahan kontras
·
Perhatikan tanggal
kadaluarsa: Umumnya 5 tahun, produk baru pada awalnya 2-3 tahun
·
Periksa kembali sebelum
penggunaan: buka karton pembungkus sesaat sebelum digunakan, periksa kejernihan
larutan, pastikan tidak ada perubahan warna, tidak keruh, tidak ada endapan
C.
Penanganan Bahan Kontras
·
Bila dijumpai kristalisasi
Dapat terjadi ditempat yang sangat dingin, panaskan larutan sesaat sebelum
digunakan
·
Larutan dengan viskositas
tinggi
Panaskan larutan hingga 37oC untuk menurunkan viskositas dan
memudahkan penyedotan
·
Hindari risiko kontaminasi
mikroba
Janagn biakan vial dan ampul yang terbuka selama lebih dari 4 jam. Buang
sisa media kontras yang tidak terpakai pada hari itu
·
Tindakan Re-Sterilisasi
Jangan lakukan tindakan re-sterilisasi
a.
Kontaminasi Mikrobiologis
Bahan Kontras
Bahan
kontrasnon ionik ditolerir sangat baik oleh pasien. Demikian juga halnya jamur
dan bakteri dapat men-tolerir dengan baik bahan kontras tersebut. Sehingga
bahan kontras non ionik menjadi media pertumbuhan yang baik bagi jamur dan
bakteri. Teknik Aseptik merupakan keharusan saat menangani baha kontras. Buang
sisa yag tidak digunakan, paling lama 10 jam setelah dibuka karena kontaminasi
mikrobiologi baru terlihat dengan mata telanjang setelah beberapa hari.
Sebelum
penggunaan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan visual terakhir bahan kontras
non-ionik untuk memastikan tanggal kadaluarsa belum terlewati, wadah masih
utuh, larutan bening dan bebas partikel (tanpa kristalisasi, tidak ada
perubahan warna, tidak keruh). Bila kriteria tersebut tidak terpenuhi jangan
gunakan produk bahan kontras tersebut dan hubungi perwakilan pihak berwenang
setempat untuk penggantian dan tindak lanjut.
a.
Perubahan
Warna/Kristalisasi
Media
kontras non-ionik merupakan larutan zat larut air. Namun konsentrasi yodium
yang lebih tinggi (300 mg l/mL) dibandingkan yang dapat dicapai pada tingkat
kelarutan biasa, membuatnya menjadi larutan yang sangat tersaturasi.
Larutan
yang sangat tersaturasi memiliki kecenderungan intrinsik untuk mengalami
kristalisasi spontan pada keadaan-keadaan yang jarang terjadi. Hal ini dapat
diakibatkan oleh salah satu kombinasi dari:
Ø Kondisi transportasi (temperatur dan atau stres goncangan)
Ø Kondisi penyimpanan (stres temperatur)
Ø Butiran-butiran kecil yag berperan sebagai bibit kristalisasi
Media kontras sinar-x
non-ionik telah digunakan diseluruh dunia selama lebih dari 20 tahun. Merupakan
zat yang sangat khusus. Dibandingkan hampir semua sediaan farmasi lain, media
kontras sinar-x non-ionik secara rutin digunakan pada dosis sangat tinggi namun
masih dapat ditolerir dengan baik.
b.
Penanganan Produk
Setelah produk dikirimkan
penanganan bahan kontras sinar-x non-ionik yang sesuai merupakan hal terpenting
bagi keamanan pasien. Hal-hal terpenting meliputi:
Ø Kondisi penyimpanan
Ø Pengamatan xisual sebelum penggunaan
Ø Meminimalisasi resiko kontaminasi mikrobiologi
Mulai dari pembuatan hingga penggunaan, keamanan bahan kontras
sinar-x non-ionik sangat bergantung pada standar tertinggi pada proses
produksi, transportasi, penyimpanan dan penanganan produk (Penyimpanan,
Inspeksi Visual, Teknik Aseptik)
PENATALAKSANAAN
Hal-hal yang berkaitan dengan pemeriksaan radiografi
dengan menggunakan bahan kontras atau dikenal dengan pemeriksaan radiografi
khusus antara lain meliputi :
- Persiapan
pasien khusus
- Persiapan
Trolley
- Perawatan
pasien
Beberapa
jenis pemeriksaan radiografi dengan bahan kontras memerlukan persiapan pasien
khusus untuk memvisualisasikan gambaran organ didaerah abdomen, misalnya
pemeriksaan tractus urinarius, tractus digestivus, angiografi abdominalis, dan
sebagainya. Persiapan pasien mencakup prosedur yang harus
dilakukan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiografi. Persiapan tersebut
biasanya dilakukan antara 48 jam, 36 jam atau 24 jam sebelum pemeriksaan.
Umumnya persiapan pasien ini memerlukan pemberian obat pencahar, kecuali pada
kondisi pasien tertentu yakni bila pasien mengalami resiko pendarahan atau
obstruksi.
Bila pasien dirawat , penjelasan tentang persiapan
pasien menjadi tanggung jawab perawat ruangan, tetapi untuk pasien berobat
jalan, penjelasan terhadap pasien tersebut menjadi tanggung jawab radiographer.
Yang dimaksud dengan persiapan trolley mencakup
persiapan alat-alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan dengan bahan
kontras, selain pesawat Rontgen dan asesoriesnya. Misalnya untuk pemeriksaan
salah satu tractus termasuk menyiapkan bahan kontras yang akan digunakan, juga
obat-obat yang diperlukan bila terjadi sesuatu hal pada pasien.
Sedangkan perawatan pasien dimaksudkan sebagai
tindakan yang harus dilakukan sebelum dan selama pemeriksaan berlangsung,
misalnya pasien mengalami schok saat dilakukan pemeriksaan.
A.
Persiapan
Pasien
Pemeriksaan bahan kontras di daerah abdomen,
memerlukan persiapan pasien dengan menggunakan obat pencahar (purgatives).
Sebelum membahas tentang persiapan pasien, perlu
diketahui tipe-tipe obat pencahar yang dapat digunakan untuk persiapan pasien
sebelum pemeriksaan radiografi dengan bahan kontras dan efek samping yang
ditimbulkannya.
Adapun
tipe-tipe purgatives adalah sebagai berikut:
- Irritant
purgatives
- Lubricant
purgatrives
- Bulk
purgatives
a. Kelompok irritant purgatives,
contohnya Bisacodyl (“Dulcolax”) akan menyebabkan gerak peristaltik menjadi lebih kuat dan
terjadi kontraksi pada usus terutama pada colon, bila obat pencahar ini
mengenai membrane mucosa usus. Ada yang berbentuk tablet untuk diminum, dan
capsul untuk digunakan melalui anus (suppositoria). Biasanya diberikan 2
tablet ( 10 mg) malam sebelum pemeriksaan, dan satu capsul supposituria pagi
harinya. Contoh lain adalah Senna dan cascara. Rentang dosisnya 14 – 28
mg untuk senna, dan 130 – 260 mg untuk cascara. Jenis ini memberi rangsangan
terhadap syaraf-syaraf otonom muscularis dari usus (Auerbach’s plexus). Jenis
lain yang bentuknya cair adalah Castrol oil, dosisnya 5 – 15 ml. Di dalam colon
obat pencahar ini memproduksi minyak bersifat asam dan menimbulkan efek
penyerapan air di dalam colon akan terhambat, sehingga volume cairan di dalam
colon akan meningkat. Efek lain yaitu mendorong gerak peristaltik dan menghancurkan
faeses sehingga mudah dikeluarkan. Jenis ini tidak boleh diberikan kepada
pasien dengan indikasi terjadi inflamasi appendix karena bisa terjadi abscess
atau obstruksi usus.
b. Kelompok lubricant purgatives,
contohnya “ Normax” mengandung diotylsodium sulphosuccinate, bentuknya liquid
paraffin, diberikan dengan dosis 15 – 30 ml. Jenis ini akan melunakkan
faeses, sehingga mudah unuk defekasi. Perlu diketahui bahwa kelompok ini tidak
boleh diberikan kepada pasien yang sedang mengkonsumsi obat anti-coagulant
untuk pengobatan penyakit system vascular.
c. Kelompok Bulk purgatives, contohnya Celevac,
Isogel, Normacol X, satu sampai tiga jam setelah diminum akan mendorong
gerak peristaltik usus yang kuat dan menambah volume colon, sehingga
menimbulkan keinginan defekasi.
1.
Efek samping dari penggunaan obat
pencahar :
Efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan obat
pencahar, ada beberapa macam dan bervariasi dan kadang-kadang bisa fatal. Bila
obat pencahar ini digunakan secara regular dengan jumlah yang banyak dan tanpa
resep dokter, serta waktu yang lama, maka orang tersebut akan mengalami
defisiensi elektrolit dan kehilangan protein dalam tubuhnya. Hal tersebut tidak
berkaitan langsung dengan tugas radiographer, tetapi ada baiknya untuk diingat,
ketika kita memberikan instruksi kepada pasien dalam hal menggunakan obat
pencahar sebagai persiapan pemeriksaan radiografi dengan bahan kontras.
Ketika menggunakan obat pencahar, biasanya bagian
perut bawah akan terasa tidak nyaman, timbul udara di dalam perut dan colic. Tidak
dapat dielakkan pasien akan mengalami sakit, spasme dan diare. Oleh sebab itu
bayi dan anak di bawah 12 tahun tidak diberikan obat pencahar per oral untuk
persiapan pemeriksaan radiografi, sedangkan anak yang umurnya di atas 12 bulan
bisa diberikan suppositoria.
2.
Penggunaan
Enemata
Mengosongkan colon dari faeses dapat juga dengan cara
enema. Untuk tujuan tersebut, bisa digunakan sabun dan air, glycerin, dan
minyak zaitun sebagai enemata.
Dewasa ini enemata yang terdiri dari larutan sodium
phosfat dalam jumlah kecil, dianggap efektif. Namun demikian untuk pemeriksaan
radiografi khususnya pemeriksaan colon, penggunaan enemata tidak dianjurkan,
karena biasanya colon kurang bersih. Sisa cairan dan udara akan
tertinggal, yang akan mengaburkan gambaran radiografi. Untuk mengurangi
terbentuknya udara di dalam colon, pasien diharuskan menghindari makan sayuran
berwarna hijau, cereal dan roti, sehari sebelum pemeriksaan.
3.
Persiapan pasien untuk pemeriksaan
barium meal (per oral)
Ø Pasien
harus puasa ( tanpa makan dan minum) paling sedikit lima jam sebelum
pemeriksaan.
Ø Pasien
dianjurkan untuk menghentikan minum obat, dikhawatirkan dapat menimbulkan
gambaran radioopak , kecuali obat-obat yang esensial seperti digitalis atau
steroid dan obat-obat kontrasepsi.
Ø Premedikasi
biasanya diberikan bagi pasien untuk pemeriksaan lambung, misalnya buscopan.
4.
Persiapan
pasien untuk pemeriksaan usus halus (follow through) per oral
Ø Pasien
makan makanan lunak dua hari sebelum pemeriksaan.
Ø Pasien dianjurkan untuk menghentikan
minum obat, dikhawatirkan dapat menimbulkan gambaran radioopaque , kecuali obat-obat yang esensial
seperti digitalis atau steroid dan obat-obat kontrasepsi.
Ø Minum obat pencahar pada jam 7
malam, setelah itu puasa sampai pemeriksaan radiografi dilakukan.
Ø Pasien tidak
boleh merokok dan mengurangi bicara.
Ø Premedikasi metaclopromide
biasanya diberikan bagi pasien untuk pemeriksaan usus halus, misalnya maxolon
per oral yang berbentuk tablet atau sirup sebanyak 20 ml 30 menit sebelum
pemeriksaan. Cara lain adalah disuntikkan intravena dengan dosis 2 ml 10 menit
sebelum pemeriksaan atau intramuscular 15 menit sebelum pemeriksaan ,
fungsinya sebagai accelerator ( mempercepat ) laju bahan kontras. Untuk
pasien anak kecil tidak diberikan .
5.
Persiapan pasien untuk pemeriksaan
barium enema untuk usus halus
Ø Pasien
makan makanan lunak dua hari sebelum pemeriksaan.
Ø Pasien dianjurkan untuk menghentikan
minum obat, dikhawatirkan dapat menimbulkan gambaran radioopak , kecuali
obat-obat yang esensial seperti digitalis atau steroid dan obat-obat
kontrasepsi.
Ø Minum obat pencahar pada jam 7.00
malam, setelah itu puasa sampai pemeriksaan radiografi dilakukan. Minum
trakhir dibolehkan jam 11.00 malam
Ø Pasien
tidak boleh merokok dan harus mengurangi bicara.
Ø Premedikasi basanya diberikan glucagon
atau buscopan , untuk memperlemah gerak peristaltik.
6.
Persiapan pasien untuk pemeriksaan
barium enema untuk usus besar (colon)
Ø Pasien
makan makanan lunak dua hari sebelum pemeriksaan.
Ø Pasien dianjurkan untuk menghentikan
minum obat, dikhawatirkan dapat menimbulkan gambaran radioopak , kecuali
obat-obat yang esensial seperti digitalis atau steroid dan obat-obat
kontrasepsi.
Ø Minum obat pencahar pada jam 7.00
malam, setelah itu puasa sampai pemeriksaan radiografi dilakukan.Boleh minum
samapai jam 11. 00 malam
Ø Pasien
tidak boleh merokok dan harus mengurangi bicara.
Ø Premedikasi basanya diberikan
glucagon atau buscopan , untuk memperlemah gerak peristaltik.
Ø Untuk
pasien dirawat biasanya dilakukan klisma.
7.
Persiapan
pasien untuk pemeriksaan tractus Urinarius
Ø Persiapan pasien untuk pemeriksaan
traktus urinarius sama dengan persipan pasien untuk pemeriksaan barium enema,
tetapi pasien tidak boleh minum selama dia puasa. Hal ini tujuannya agar
terjadi konsentrasi yang baik dari kontras media di dalam pelvis renalis,
sehingga didapatkan gambaran radiografi yang lebih tajam.
Ø Miksi
sebelum pemeriksaan
Ø Tidak perlu
premedikasi.
B.
Persiapan
Trolley
Persiapan
trolley untuk setiap pemeriksaan akan berbeda satu sa,a lain, seperti yang akan
diuraikan di bawah ini :
1.
Persiapan trolley untuk pemeriksaan
barium meal
·
Barium
yang sudah dicampur dengan air, sesuai denga jenis pemeriksaan, misalnya untuk
pemeriksaan Oesofagus, perbandingan antara bubuk barium sulfat dengan air 1 :
1, untuk maag duodenum : 1 : 4. Bila menggunakan bahan kontras dalam bentuk
suspensi, disiapkan di dalam gelas sesuai volume yang diperlukan.
·
Tissue paper, dalam boks
·
Tempat membuang muntahan (bengkok)
·
Sedotan untuk minum
·
Sendok makan
·
Lap katun, untuk membersihkan bahan
kontras yang tumpah.
2.
Persiapan trolley untuk pemeriksaan
barium enema
·
Larutan barium sulfat dengan
kepekatan 1 : 8 dan temperature 37 derajat Celsius, sebanyak 2 liter
·
Rectal kateter
·
Irigator set . Dewasa ini sering
digunakan Disposible bariumenema kits yang terdiri dari:
a. enema bag, biasanya dari bahan translusen dengan kapasitas 3
liter.
b. Dekat
bagian atas kantong enema, terdapat lubang untuk menambah larutan barium.
c. Kateter yang panjangnya 1,5 meter
serta clip, untuk mengatur laju
bahan kontras saat dilakukan pemeriksaan dalam berbagai posisi.
d. Rectal kateter.
·
Glycerin
·
Kayu pengaduk barium ( bila
menggunakan irrigator set)
·
Receiver (ember)
·
Kain
laken ( penutup meja pemeriksaan )
3.
Persiapan trolley untuk pemeriksaan
traktus urinarius
a. Untuk pemeriksaan BNO-IVP
Pada
bagian atas trolley (steril) :
·
Spuit
20 cc dan 50 cc
·
Jarum
no 1 dan no 2
·
Neerbecken (Bengkok )
untuk meletakkan spuit dan jarum
·
Satu
buah canule
·
Sepasang
dissecting forceps
·
Handuk kecil
atau haas
·
Kapas alcohol
Bagian
bawah trolley ( unsteril)
·
Ampoule kontras media
·
Gergaji ampoule
·
Sphygnomanometer
atau tourniquet
·
Botol
skin cleanser, misalnya Hibitane 0,5 %
·
Sand bag atau
bantal kecil untuk penyangga lengan pasien saat disuntik.
·
Obat-obat emergensi, misalnya anti
alergi.
b. Untuk pemeriksaan Cystourethrografi
·
Knutson’s
clamp dan canul untukl pasien laki-laki. Kalau tidak tersedia alat ini bisa
menggunakan kateter balon.
·
Spuit 50 cc
·
Xylocaine antiseptic gel 2 %
·
Bahan kontras
C.
Perawatan pasien
1. Untuk
pemeriksaan tractus digestivus
Efek samping dari penggunaan barium sulfat, adalah
constivasi, untuyk mengatasinya pasien diberikan lactulose (sistetis
disacharida) 50 %, misalnya “duphulac” dalam kemasan sirup, dengan dosis
5 – 10 ml , tiga kali sehari .
2. Untuk pemeriksaan tractus Urinarius
a. Sebelum
dilakukan penyuntikan kontras media intravena, lakukan tes untuk mengetahui
apakah pasien alergi terhadap kontras media. Bisa dengan skin test atau dengan
cara menyuntikkan 2 cckontras media secara intravena, kemudian ditunggu
reaksinya.
b. Memantau
perkembangan keadaan pasien setelah penyuntikan kontras media.
Kemungkinan-kemungkinan reaksi penyuntikan bahan kontras terhadap pasien,
adalah sebagai berikut :
Ø Batuk-
batuk , mual-mual
Reaksi ini disebabkan karena
penyuntikan kontras media terlalu cepat. Biasanya pasien merasa panas pada
permukaan kulit dan bingung. Mengatasinya dengan memberikan selimut hangat dan
bengkok untuk muntahan.
Ø Alergi
(angioneurotic, bronchospasme)
Keadaan alergi bisa ditandai dengan
urticaria, timbul merah-merah dan gatal di seluruh permukaan kulit, diawali di
sekitar mata.
Pasien diberikan suntikan intravena
corticosteroid misalnya adrenaline. Untuk
pasien yang diduga beresiko alergi terhadap bahan kontras, walaupun tes
nrgatif, perlu disuntikkan anti- histamine, misalnya Phenergan sebelum
disuntikkan bahan kontras.
Ø Collap
Keadaan
ini sangat serius , ditandai dengan penurunan tekanan darah yang cepat, pulsa
tidak teraba . Dalam kondisi lebih buruk terserang respiratory arrest (pernafasan
terhenti) dan cardiac arrest.
Dokter
bagian emergensi harus segera menanganinya.
untuk referensi nya di buku apa,,??
ReplyDeleteyg pling bnyak mnjelaskan tentang bhan kontras
trimkash infonya lebih lengkap juga ada di www.radiografer,info/mediakontras
ReplyDeletesetelah melakukan CT scan dengan media zat kontras, diharuskan minum banyak air putih,, berapa liter air putih yang harus diminum ?
ReplyDeletehalo kak, boleh minta sumber referensinya? dari buku atau jurnalnya
ReplyDelete