PEDIATRIC RADIOLOGY
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Radiologi adalah
cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi dan penerapan
berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit.
Pencitraan dapat menggunakan sinar-X, USG, CT scan, tomografi emisi positron
(PET) dan MRI.Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi dalam
dari sebuah objek padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan menggunakan
energi radiasi. Radiologi juga kadang-kadang disebut radioskopi atau radiologi
klinis. Radiologi intervensi adalah prosedur medis dengan bimbingan teknologi
pencitraan.
Pencitraan medis
biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau penata rontgen. Seorang radiolog
(dokter spesialis radiologi) kemudian membaca atau menginterpretasikan gambar
untuk menentukan cedera, menentukan seberapa serius cedera tersebut atau
membantu mendeteksi kelainan seperti tumor. Itulah sebabnya mengapa pasien
seringkali harus menunggu untuk mendapatkan hasil “resmi” sinar-X atau gambar
lainnya bahkan setelah dokter utamanya telah mengkajinya. Seorang spesialis
radiologi juga harus menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan dokter
utama untuk menegakkan diagnosis yang akurat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
THORAX
1.
Definisi Thorax
Pemeriksaan Thorax
adalah salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan oleh setiap orang,
dalam hal ini berfungsi untuk menilai kesehatan paru dan organ sekitarnya pada
seseorang. Pemeriksaan thorax juga sebagai salah satu item untuk melakukan medical
Check Up seseorang.
Foto thorax
atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi
dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi
dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi
dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang digunakan pada orang dewasa untuk
membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv.
Foto thorax
digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax,
tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk
paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung
kongestif sering terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk
skrining penyakit paru yang terkait dengan pekerjaan di industri-industri
seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu.
Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :
- Untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
- Untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)
- Untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)
- Untuk memeriksa keadaan jantung
- Untuk memeriksa keadaan paru-paru
- Untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
- Untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)
- Untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)
- Untuk memeriksa keadaan jantung
- Untuk memeriksa keadaan paru-paru
Pada
beberapa kondisi, CXR baik untuk skrining tetapi buruk untuk diagnosis. Pada
saat adanya dugaan kelainan berdasarkan CXR, pemeriksaan imaging thorax
tambahan dapat dilakukan untuk mendiagnosis kondisi secara pasti atau
mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada diagnosis yang diperoleh dari CXR.
Gambaran
yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah orientasi relatif
tubuh dan arah pancaran X-ray. Gambaran yang paling umum adalah posteroanterior
(PA), anteroposterior (AP) dan lateral. Pada anak biasanya hanya dilakukan
posisi anteroposterior supine (AP Supine) dan lateral.
2.
Anatomi
Thorax
Thorax
merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada bagian bawah lebih besar dari
pada bagian atas dan pada bagian
belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas
dan berbentuk kerucut terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10
pasang iga yang berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6
iga memisahkan articulatio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan
rongga pleura di atas clavicula dan di atas organ dalam abdomen penting
untuk di evaluasi pada luka tusuk.
Gambar
Anatomi Thorax
Rongga dada dibagi menjadi 3 rongga utama yaitu
;
a. Rongga
dada kanan (cavum pleura kanan )
b. Rongga
dada kiri (cavum pleura kiri)
c. Rongga
dada tengah (mediastinum).
Rongga ini secara anatomi dibagi menjadi :
1)
Mediastinum superior, batasnya :
Atas : bidang yang dibentuk oleh Vth1, kosta 1
dan jugular notch.
Bawah : Bidang yang dibentuk dari angulus sternal
ke Vth4
Lateral : Pleura mediastinalis
Anterior : Manubrium sterni.
Posterior : Corpus Vth1 – 4
2) Mediastinum
inferior terdiri dari :
1) Mediastinum
Anterior batasnya :
Anterior : Sternum ( tulang dada
)
Posterior : Pericardium ( selaput
jantung )
Lateral : Pleura mediastinalis
Superior : Plane of sternal
angle
Inferior : Diafragma.
2) Mediastinum
Medius, batasnya :
Anterior : Pericardium
Posterior ; Pericardium
Lateral : Pleura mediastinalis
Superior : Plane of sternal
angle
Inferior : Diafragma
3) Mediastinum
Posterior, batasnya :
Anterior : Pericardium
Posterior : Corpus VTh 5 – 12
Lateral : Pleura mediastinalis
Superior : Plane of sternal angle
Inferior : Diafragma.
3. Indikasi
Pemeriksaan Thorax
Indikasi pemeriksaan
radiografi thorax antara lain:
a.
Bronkhitis
Bronkhitis
adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat
ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang
memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru).
Pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius. Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh
virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan
Chlamydia) Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita
penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
- Sinusitis kronis
- Bronkiektasis
- Alergi
- Pembesaran amandel dan adenoid
pada anak-anak.
Bronkitis
iritatif bisa disebabkan
oleh:
·
Berbagai
jenis debu
·
Asap
dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida,
sulfur dioksida dan bromin
·
Polusi
udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
·
Tembakau
dan rokok lainnya
b.
Atelektasis
Atelektasis
adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
c.
Trauma
Trauma
thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan
gawat thorax akut.
d.
Tumor/Massa
Tumor
mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga di
antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar,
pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat,
kelenjar getah bening dan salurannya. Karena rongga mediastinum tidak dapat
diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ penting di sekitarnya dan
dapat menganjam jiwa. Tumor mediastinum dibagi atas tumor jinak dan tumor
ganas.
e.
Bronchopneumonia
Bronchopneumonia
adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
(bakteri, virus, parasit dll) yang menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat
(konsolidasi) di alvioli.
·
Bakteri
: Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-anak
serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak dan bersifat
progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma
pneumonia.
·
Virus
: Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori
sinsisial.
·
Jamur
: Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
·
Protozoa
: Pneumokistis karinii.
·
Bahan
kimia :Aspirasi makanan/susu/isi lambung
·
Keracunan
hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).
f.
Pneumo
Thorax
Pneumo thorax adalah
adanya udara atau gas dalam rongga pleura, yang dapat terjadi secara spontan,
sebagai akibat truma disebabkan oleh trauma dada yang dapat mengakibatkan
kebocoran sehingga cairan masuk ke dalam ruang fleura menjadi meningkat dan
mengakibatkan peningkatan tekanan intra thorax, jika peningkatan intra thorax
terjadi, maka distress ( kengerian ) pernapasan dan gangguan jantung dan
sirkulasi sistemik.
g.
Efusi
Pleural
Efusi Fleura adalah
pengumpulan cairan di dalam rongga pleura, dimana rongga pleura merupakan
rongga yang terletak di antara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada
di sebabkan oleh ketidak seimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan
pleura. dalam keadaan normal jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10 - 200
ml.
h.
Cardiomegali
Cardiomegali adalah
hipertropi jantung atau pembesaran jantung, dalam keadaan anatomis dimana
besarnya jantung lebih besar dari ukuran jantung normal disebabkan oleh kerja
jantung yang berlebihan, sehingga jantung bekerja lebih keras, contohnya pada
saat tekanan darah meningkat.
i.
Tuberculosis
Tuberculosis adalah
penyakit menular yang di sebabkan oleh MYCOBAKTERIUM TUBERCULOSIS yang sebagian
besar menyerang paru- paru. sipat kuman ini adalah aerob yaitu lebih menyenangi
hidup pada jaringan yang tinggi kadar oksigennya, tidak dapat terlihat
oleh mata telanjang, mudah mati bila terkena sinar matahari. ada beberapa
faktor yang mempengaruhi dapat terjadinya infeksi TB yaitu keganasan basil TB,
jumlah basil yang cukup banyak, adanya sumber penularan, dan daya tahan tubuh
yang menurun.
4. Teknik
Pemeriksaan
a.
Persiapan
pasien
Persiapan yang
dilakukan pasien sebelum pemeriksaan adalah melepas semua logam yang berada
disekitar objek yang diperiksa dan mengganti pakaiannya dengan baju pasien yang
telah disediakan di ruang ganti.
b.
Persiapan
Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yag
digunakan dalam pemeriksaan antara lain :
1)
Pesawat
Rontgen Konvensional dan meja pemeriksaan
2)
Kaset
dan film dengan ukuran sesuai ukuran tubuh anak / pasien.
3)
Marker
R atau L
4)
Dan
Assesoris lainnya
c.
Teknik
Pengambilan Gambar
Ada beberapa posisi
pada pengambilan gambar Thorax bayi dan anak-anak diantaranya:
·
Anteroposterior
(AP)
·
Posteroanterior
(PA)
·
Lateral
Anteriorposterior
(AP) dan Lateral merupakan posisi pemeriksaan Thorax yang paling sering
digunakan pada bayi dan anak-anak. Sedangka pada dewasa menggunakan posisi
Posteroanterior (PA). Teknik pemeriksaan yang lain dilakukan dengan klinis tertentu.
1)
Anteroposterior
Supine – Neonatal Unit
•
Bayi
di posisikan supine diatas kaset dengan selembar kain diantara kaset dan bayi.
•
Letakan
marker R atau L di atas kaset
•
Mid
sagittal plane sejajar dengan pertengahan kaset
•
Pastikan
dada dan kepala tegak lurus, pinggul dan bahu sejajar
•
Kepala
di ganjal sandbag agar tidak berotasi
•
Letakkan
bantalan busa dibawah bahu untuk menghindasi proyeksi lordotik dan untuk mengangkat bahu dan mencegah
superposisi dengan apex paru
•
Tangan
berada di samping tubuh
•
Tangan
juga dapat di immobalisasi dengan Velcro band dan/ atau sandbag
•
Jika
pasien harus dipegang, posisikan tangan pasien di samping kepala dengan
memfleksikan tangan
•
Kaki
lurus dengan diganjal di bagian lutut
•
Eksposi
pada saat pasien inspirasi penuh, jika pesien menangis perhatikan pernapasannya
Hasil Gambaran Thorax AP Supine
Kriteria Gambaran
•
Pada
inspirasi penuh tampak iga ke 8-9
•
Paru-paru
tidak berotasi
•
Tampak
gambaran trachea dan vertebrae sampai CV Thoracal 12/ CV Lumbal 1
•
Tampak
rongga diafragma
•
Tampak
gambaran jantung
•
Tampak
sinus costophrenicus dan sinus
cardiophrenicus
•
Tampak
clavicula dan scapula
2)
Posteroanterior
Erect
•
Pasien
duduk atau berdiri menghadap kaset
•
Dada
menempel pada kaset
•
Tangan
diangkat ke atas sehingga siku berada di depan
•
Orangtua
memegang siku dan kepala bersama-sama dan menarik lengan dengan lembut ke atas
untuk mencegah pergerakan
•
Central
Ray, horizontal tegak lurus kaset
•
Central
Point, pada Mid Sagittal Plane setinggi CV Thoracal 6-7 (Prosesus Spinosus CV
ke 7)
•
Eksposi
pada saat pasien inspirasi penuh
3)
Anteroposterior
Erect
·
Pasien
duduk dengan punggung menempel di kaset
·
Tepi
atas kaset berada di atas apeks paru (2-3 jari)
·
Lengan
harus dinaikkan dengan lembut, sehingga siku pasien ke depan.
·
Orang
tua memegang siku tertekuk dan kepala bersama dengan jari-jari mereka di dahi,
untuk mencegah dagu pasien menutupi dada bagian atas
·
Letakkan
bantalan busa 15 derajat dibelakang bahu untuk mencegah pasien dari posisi
lordotik
·
Central
Ray, horizontal tegak lurus kaset
·
Centrel
Point, pada MSP setinggi CV Thoracal 6-7 atau di pertengahan sternum
·
Eksposi
pada saat pasien inspirasi penuh
Posisi Pasien dan Hasil Gambaran AP Erect
4)
Anteroposterior
Supine – Post Neonatal
•
Pasien
diposisikan supine di atas kaset dengan tepi atas kaset di atas apeks paru
•
Kedua
tangan di fleksikan ke atas di samping kepala
•
Untuk
menghindari rotasi, kepala, dada dan pelvis lurus
•
Central
Ray, vertikal tegak lurus kaset
•
Central
Point pada MSP setinggi CV Thoracal ke 6-7 atau di pertengahan sternum
•
Eksposi
saat pasien inspirasi penuh.
Kriteria
Gambaran
•
Pada
inspirasi penuh tampak iga ke 8-9
•
Tampak
gambaran trachea dan vertebrae sampai CV Thoracal 12/ CV Lumbal 1
•
Tampak
Ssluruh dada dari tepat di atas apeks paru dan
menyertakan diafragma dan tulang rusuk
•
Tampak
gambaran jantung
•
Tampak
sinus costophrenicus dan sinus
cardiophrenicus
•
Tampak
clavicula dan scapula
•
Gambaran
paru simetris dan tidak berotasi
5)
Lateral
•
Posisikan
pasien dengan sisi lateral pasien menempel pada kaset
•
Lengan
difleksikan ke samping kepala
•
Mid
axillary line berada di pertengahan kaset
•
Tepi
atas kaset berada diatas apkes paru (2-3 jari)
•
Central
Ray, horizontal tegak lurus kaset
•
Central
Point pada mid coronal plane setinggi CV Thoracal 6-7
•
Eksposi
pada saat pasien inspirasi penuh
Kriteria Gambaran
•
Tampak
gambaran lateral paru dari CV Cervical 7 sampai CV Lumbal 1
•
Tampak
gambaran lateral dari jantung
•
Sternum
dan tulang belakang tercakup dan true
lateral
•
Tampak
gambaran diafragma
B. ABDOMEN
1. Definisi
dan Anatomi Abdomen
Abdomen
adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian dari tubuh yang berada di
antara thorax atau dada dan pelvis. Dalam bahasa Indonesia umum, sering pula
disebut dengan perut. Bagian yang ditutupi atau dilingkupi oleh abdomen
disebut cavitas abdominalis atau rongga perut. abdomen adalah sebuah rongga
besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian ventral dan lateral,
serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan
dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas
thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas
pelvis atau rongga panggul.
Gambar Anatomi Abdomen
Antara cavitas abdominalis dan cavitas
pelvis dibatasi dengan membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum
parietalis. Membran ini juha membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi
peritoneum visceralis. Di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti
sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ
yang dapat ditemukan di abdomen:
- Komponen dari
saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix.
- Organ pelengkap
dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas.
- Organ saluran
kemih seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica
urinaria).
- Organ lain
seperti limpa (lien).
Terdapat pula organ khusus yang khas
pada beberapa hewan seperti struktur lambung pada ruminansia yang dibagi menjadi empat ruangan, rumen, retikulumn, omasum, abomasum.
2.
Indikasi Pemeriksaan Abdomen
Indikasi pemeriksaan
radiografi abdomen antara lain:
a.
Perforasi
Setiap organ pencernaan berongga
bisa menjadi berlubang (bocor), yang menyebabkan terlepasnya isi
gastrointestinal dan menyebabkan kejutan dan kematian jika operasi tidak segera
dilakukan. Perforasi membuat makanan, cairan pencernaan, atau is usus bocor ke
dalam perut (atau kadang kala dada, jika kerongkongan terlubangi). Benda-benda
ini sangat melukai dan mengandung bakteri, dimana menyebabkan peradangan hebat
dan infeksi yang biasanya fatal bila tidak di obati.
b.
Ileus
obstruksi
Ileus
obstruktif adalah obstruksi usus akibat dari penghambatan motilitas usus yang
dapat ditimbulkan oleh banyak penyebab. Mekanisme terjadinya ileus obstruksi
dapat digolongkan dalam 3 kelompok utama, yaitu:
(1)
Intraluminal (misalnya: badan asing, bezoars, bolus makanan yang besar),
(2)
Obstruksi akibat lesi pada dinding usus (misalnya: tumor, penyakit Crohn),
(3)
Ekstrinsik (misalnya: adhesi, hernia, dan volvulus)
c.
Ileus
paralitik
Ileus
paralitik / ileus adinamik adalah suatu keadaa dimana pergerakan kontraksi
normal dinding usus untuk sementara waktu berhenti. Seperti halnya penyumbatan
mekanis, ileus juga menghalangi jalannya isi usus, tetapi ileus jarang
menyebabkan perforasi.
d.
Invaginasi
Invaginasi
adalah keadaan dimana terjadi obstruksi usus parsial atau komplit, sebagai
akibat masuknya bagian proksimal usus ke bagian yang lebih distal ( sinopsis
pedriatri: 263, 2009 ).
Invaginasi
atau intususepsi adalah masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau bagian
yang lebih distal dari usus, umumnya invaginasi ileum masuk ke dalam kolon desendens
( Nettina, 2002 ).
Invaginasi
atau intususepsi terjadi bila sebagian saluran cerna terdorong sedemikian rupa
sehingga sebagian darinya akan menutupi sebagian lainnya hingga seluruhnya
mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak di sebelah kaudal (
Nelson, 1999 ).
e.
Trauma
Abdomen
Trauma
abdomen adalah trauma yang terjadi pada daerah abdomen yang meliputi daerah
retroperitoneal, pelvis dan organ peritroneal.
3. Teknik
Pemeriksaan
a.
Persiapan
Pasien
Persiapan
yang dilakukan pasien sebelum pemeriksaan adalah melepas semua logam yang
berada disekitar objek yang diperiksa dan mengganti pakaiannya dengan baju
pasien yang telah disediakan di ruang ganti.
b.
Persiapan
Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yag
digunakan dalam pemeriksaan antara lain :
6)
Pesawat
Rontgen Konvensional dan meja pemeriksaan
7)
Kaset
dan film dengan ukuran sesuai ukuran tubuh anak / pasien.
8)
Marker
R atau L
10) Dan Assesoris lainnya
c.
Teknik
Pengambilan Gambar
Ada beberapa posisi pengambilan
gambaran Abdomen, yaitu:
1) Anteroposterior (AP)
• Pasien supine di atas meja pemeriksaan
atau di inkubator dengan MSP berada di pertengahan kaset
• Pastikan tidak terjadi rotasi
• Batas atas dibawah xypoideus dan batas
bawah sympisis pubis
• Central Ray, vertikal tegak lurus kaset,
pusat sinar diatur sejajar dengan Crista Illiaca
• Central Point pada MSP sejajar dengan
SIAS
• Eksposi pada saat pasien tahan napas
setelah ekspirasi
Kriteria Gambaran
•
Batas atas diafragma
•
Batas bawah sympisis pubis
•
Tampak contour ginjal
•
Tampak CV thoracal 11 sampai dengan Coccygeus
•
Tampak gambaran Pelvis
•
Tampak contour colon
•
Tampak gambaran gaster
2) Left Lateral Decubitus (LLD)
• Pasien tidur miring ke sisi kiri,
• Kedua lutut ditekuk (difleksikan), kedua tangan
diposisikan diatas kepala
• Aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma,
batas bawah pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. kaset
berada dibelakang punggung.
• Central Ray horizontal sejajar kaset,
pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca.
• Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah
ekspirasi penuh
Kriteria
Gambaran
• Tampak gambaran diagfragma
• Bila klinis di duga ada cairan di dalam rongga abdomen,
sisi kiri tidak boleh terpotong
• Bila di duga ada udara bebas di dalam
rongga abdomen, sisi kanan tidak boleh terpotong
3) Prone Cross Table
• Pasien diposisikan prone.
• kedua paha ditekuk (hip fleksi), angkat
bagian punggung bayi sehingga letak pelvis lebih tinggi dan kepala/wajah lebih
rendah.
• Kaset pada salah satu sisi lateral dengan trokhanter
mayor pada pertengahan kaset.
• Central Point pada trochanter mayor menuju
pertengahan kaset
• Central Ray Horisontal,
tegak lurus film/kaset.
• Ekspose dilakukan saat bayi tidak bergerak.
C.
EKSTREMITAS ATAS dan BAWAH
1.
Anatomi Ekstremitas
a.
Ekstremitas Atas (Upper Limb)
Ekstremitas Atas terdiri dari beberapa
tulang, yaitu:
•
Os Manus
•
Os Radius dan Os Ulna (Antebrachi)
•
Os Humerus
•
Os Calvicula
•
Os Scapula
Dan
beberapa persendian yang menghubungkan tulang-tulang tersebut, diantaranya:
• Wrist Joint (Articulatio Radiocarpalia)
merupakan persendian antara Os. Radius dan Ossa Carpalia di manus
• Elbow Joint (Articulatio Cubiti)
merupakan persendian antara Ossa Antebrachi dan Os. Humerus
• Shoulder Joint (Articulatio
Glenohumerale) merupakan persendian antara cavitas Glenoidalis pada Os Scapula
dan Caput Humeri
b.
Ekstremitas Bawah (Lower Limb)
Ekstremitas Bawah terdiri dari beberapa
tulang, yaitu:
•
Os Femur
•
Os Pattela
•
Os Tibia dan Os Fibula (Cruris)
•
Os Pedis
Dan beberapa persendian yang menghubungkan
tulang-tulang tersebut, diantaranya:
• Hip Joint (Articulatio Coxae) dibentuk
oleh caput femoris dan acetabulum
• Knee Joint (Atriculatio Genue)
merupakan persendian yang menghubungkan femur, tibia, dan patella
• Ankle Joint (Articulatio Talocruralis)
sendi antara tulang tungkai bawah dengan talus ( tulang pergelangan kaki)
2.
Indikasi Pemeriksaan
Indikasi pemeriksaan radiografi
Ekstremitas antara lain:
a.
Fraktur
b.
Striktura
c.
Dislokasi
d.
Corpus Alienum
3.
Teknik Pemeriksaan
a.
Persiapan
Pasien
Persiapan
yang dilakukan pasien sebelum pemeriksaan adalah melepas semua logam yang
berada disekitar objek yang diperiksa.
b.
Persiapan
Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yag
digunakan dalam pemeriksaan antara lain :
1)
Pesawat
Rontgen Konvensional dan meja pemeriksaan
2)
Kaset
dan film dengan ukuran sesuai ukuran tubuh anak / pasien.
3)
Marker
R atau L
4)
Dan
Assesoris lainnya
c.
Teknik
Pengambilan Gambar
1)
Anteroposterior
/ Posteroanterior
•
Letakkan
objek di atas kaset dengan posisi objek true AP/PA
•
Lakukan
penekanan agar tidak terjadi pergerakan di daerah sekitar objek tanpa menutupi
atau menghalangi objek
•
Central
Point pada pertengahaan objek
•
Central
Ray tegak lurus kaset
•
Lakukan
eksposi
•
Untuk
pemeriksaan Os. Manus dan Wrist joint dilakukan posisi PA
Kriteria Gambaran
•
Tampak
gambaran AP/PA pada ekstremitas atas / bawah
•
Batas
atas dan bawah objek tidak terpotong
2)
Lateral
·
Letakkan
objek di atas kaset dengan posisi objek true Lateral
·
Lakukan
penekanan agar tidak terjadi pergerakan di daerah sekitar objek tanpa menutupi
atau menghalangi objek
·
Central
Point pada pertengahaan objek
·
Central
Ray tegak lurus kaset
·
Pada
Os Manus dan Os Tarsal umumnya tidak dilakukan posisi lateral, posisi yang umum
dilakukan adalah Oblique
·
Lakukan
eksposi
Kriteria Gambaran
• Tampak gambaran Lateral pada
ekstremitas atas / bawah
• Batas atas dan bawah objek tidak
terpotong
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
pemeriksaan radiografi pada bayi atau anak-anak harus dilakukan komunikasi yang
baik dengan pasien. Selain itu orangtua pun dapat berperan dalam pemeriksaan
dengan memegang dan melakukan beberapa penekanan pada tubuh pasien untuk
meminimalisir pergerakan dari pasien. Factor eksposi yang digunakan lebih
rendah dibandingkan factor eksposi pada pasien dewasa, hanya saja menggunkan
waktu yang singkat.
No comments:
Post a Comment